Minggu, 04 Mei 2014

Faktur Kosong




Di suatu sore, tepat saat adzan Ashar berkumandang, Alfahmu ditutup untuk sementara. Belum lagi selesai ditutup, dua orang mahasiswi datang.

"Bang, boleh minta faktur, bang..?", tanya salah seorangnya.

"Faktur..? faktur apa..?"

"Faktur pembelian buku kemaren, bang.."

"Oh ya, buku apa-apa aja itu..?", tanya saya. Saya bisa baca gelagatnya. Ini orang rasanya belum pernah beli buku dalam waktu dekat ini di sini. Ini pasti minta faktur untuk laporan uang beasiswa. Faktur kosong.

"eh, ng ng.. buku tentang kisah nabi tu a.."

"Kapan itu? tanggal brapa..?"

"hm, ndak ingat lagi, bang.."

"Kalau gak ingat, bagaimana saya akan memberi fakturnya..?"

"Faktur kosong aja bang.. biar kami aja yg ngisinya nanti. Ini untuk laporan beasiswa, bang. Kami kan dapat beasiswa, jadi uangnya untuk beli buku, dan harus ada fakturnya untuk dilaporkan, bang".

"Wah.. maaf, ya. Saya mohon maaf. Saya tidak bisa memberikan faktur kosong..". Lalu saya membelakanginya dan melanjutkan menutup toko.
=======
TUTUP
=======
Waktu
SHOLAT
=======

Itulah sedikit fenomena di lingkungan sebuah kampus Islam kota Padang. Kejujuran sudah semakin langka. Mahasiswa yg diharapkan utk memperbaiki bangsa ini, mereka suka berlaku curang, tidak jujur. mereka menempuh segala cara untuk memenuhi segala keinginan nafsunya. Mereka minta faktur kosong utk pembelian fiktif. Pemalsuan data sebagai hal yg lumrah menurut mereka. Mereka seakan tak menyadari bahwa orang yg dimintai faktur kosong merasa sangat tersinggung, merasa dilecehkan. Ya..! Bagaimana tidak? Mereka seenaknya menyeret sembarang orang pada perbuatannya yg tidak benar..